donderdag 22 december 2005

Dear Remco ....


Dear R,

Je bent maar een paar uurtjes weg uit Indonesië en waarschijnlijk ben je nog niet helemaal bijgekomen van je reis en hier is m’n mailtje al.
R, 't spijt me dat ik me zo ‘vreemd’ heb gedragen toen je afscheid nam, waardoor ik dan ook geen één woord tegen jou kon zeggen. Je vroeg je natuurlijk wel af waarom die tranen? In 15 jaar op kantoor heb ik veel mensen leren kennen, Nederlandse en Indonesische medewerkers. Ik zie dan ook heel vaak verschillende mensen komen en gaan: een echte kaaskop, een slome javaan, een lieve Hollander, en een lawaaierige ambonees and so on and so on, maar het is zeer zelden dat ik een orang Belanda heb leren kennen - die volgens de geroddel niet naar z’n zin had in Indonesië :-) - maar toch respect heeft voor z’n Indonesische collega’s. En niet alleen voor mensen met wie je veel heb samengewerkt maar andere mensen die in en om de ambassade rondslingeren met wie je eigenlijk weinig te maken had: satpams, chauffeurs, Suti, Maria en zelfs de schoonmaaksters, waaronder één die zo onder de indruk van je was toen je haar dikke buik streelde toen ze zwanger was.


Anyway .... ik zal je handkusjes en je 'schoonheid-groet' missen. Ook zal er waarschijnlijk niemand meer zijn die tegen mij zegt over de parfumvlekjes op m'n blous en de ketting die scheef staat .. :-). I am very glad to know a person like you who touch people's life in a simple but special way, but life goes on ... I move on ... you move on, especially you with your excellent career. So, be a good and wise 'senior advisor' in Geneva en het ga je heel, heel, heel goed, R! And although you may not believe in God (you said that the other day, right?) .... God bless you always!

Have a wonderful Christmas and a happy New Year 2006.

Groetjes,

R

dinsdag 1 november 2005

Memori dua kuntum Lili

Aku tidak tahu mengapa
begitu cepat bunga lili itu mekar
di bawah sentuhan sinar matahari
Sebelum kehangatannya sirna,
Ia mengucapkan selamat malam
Untuk terbaring di atas peraduan abadi

Namun aku tahu walau guguran kelopaknya
telah menyatu dengan bumi,
kenangan akan dua kuntum lili itu
tak akan pernah sirna
Namanya selalu terngiang
Keharumannya selalu semerbak
Keindahannya selalu terkenang
Terpatri dalam memori …..

In loving memory of our beloved parents
Slamet Tamihardjo (26 Januari 1930 - 1 November 1995)

Animah Radjab (1 Agustus 1933 - 29 September 1996)

maandag 5 september 2005

Kuis 'Siapa Berani'


Tanggal 9 Mei itu diperingati sebagai Hari Uni Eropa. Seminggu sebelum tanggal 9 Mei, kantor kita ditawarin sama Indosiar untuk ikut Kuis 'Siapa Berani. Setelah diskusi sama bos-bos di atas, akhirnya disetujui kantor kita mewakili Belanda untuk tampil di kuis itu.

Kita hanya punya waktu sedikit untuk pesen t-shirt warna oranye, pesen bis dan ngarang yel-yel. Kita suruh kumpul di studio jam 9 pagi, berarti jam 7 pagi kita udah harus berangkat dari Kuningan. Waktu sampai di studio Belanda seolah-olah dateng nyerbu ditambah lagi si Jan Warmoeskerken (asisten atase pertahanan) niruin bunyi trompet perang.
Tadinya gue gak berharap akan menang karena terus terang kacau banget deh penampilan kita. Tapi yang penting khan koempoel-koempoel. Waktu pembacaan soal gue baru mulai ngerasa kalo gue gak menang malu juga. Gile ... udah woro-woro sodara2, temen2 dan kenalan untuk ngeliat kita tampil di tipi, masa gak menang, sih! Giliran kelompok kita dikasih pertanyaan, gue konsentrasinya buyar, karena Maarten Mulder, bos gue, minta diterjemahin pertanyaan yang diajuin Izur dan Alya Rohali. Pertanyaannya ya sekitar Eropa lah. Terus pemenang diumumin mulai dari pemenang nomer 5. Carla, Jan, Yulia. Pemenang ke-2 jatuh pada no. 1 … yang nota bene adalah gue sendiri. Gue menang kompor gas … hehehhehe. Eh ... si Maarten muncul sebagai juara dan dapet tv 14 inci. Kita gak berhasil jadi pemenang karena yang maju khan Maarten, yang hanya bisa jawab pertanyaan: "Hugh Hefner mengasuh majalah apa?" Dengan lantang dan aksen Belandanya, Maarten menjawab: "Pleiboi"

Karena kita khan gak boleh terima hadiah maka kita tanya dulu ama bos-bos bagaimana dengan hadiah yang kita terima. Alhamdulillah aja kita boleh bawa pulang, karena hadiah itu kita dapetin bukan karena sogokan tapi memenangan kuis. Sampai sekarang kompor gas itu masih belum gue pake sebagai kenangan masuk tipi.